ANALISIS PUISI

Puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul” Kajian Aspek Stilistika
jihan novita sari


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra adalah karya seni yang mediumnya sudah bersifat tanda yang mempunyai arti yaitu bahasa. Tanda kebahasaan itu adalah bunyi yang dipergunakan sebagai simbol yaitu  tanda yang hubungannya dengan artinya itu bersifat arbiter. Dari berbagai karya sastra yang ada saat ini kebanyakan mengangkat tema tentang kisah kehidupan manusia dimana dalam kisah itu mampu menciptakan nilai seni yang sangat kental. Salah satu karya sastra yang sangat fenomena saat ini ialah puisi. Puisi merupakan suatu karya sastra sebagai curahan perasaan yang berupa tulisan dengan memakai bahasa yang terikat pada syarat tertentu sehingga mampu menimbulkan keharuan dan membangkitkan semangat karena didalamnya terdapat imaji serta diksi yang sengaja di pilih seseorang, Pradopo (2002:47).
Menurut Waluyo (1995:25) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan konsetrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan sturktur batinnya. Sedangkan menurut  Teeuw (dalam Pradopo 1997:3) menyatakan bahwa puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur, unsur-unsurnya kepuitisan, jenis-jenis dan dari sudut pandang kesejarahannya, mengingat bahwa sejarahnya dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang.
Untuk mengkaji sebuah karya sastra terutama puisi, memerlukan pemahaman lebih dalam kajiannya. Agar kita dapat memahami inti dari isi puisi tersebut, kita dianjurkan untuk membacanya berulang-ulang. Jika kita dapat memahami isi puisi tersebut kita dapat menginterprestasikannya dengan baik. Dari paparan di atas akan dijelaskan mengenai analisis puisi menggunakan aspek stilistika.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana aspek-aspek stilistika dalam puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul”?
C.    Tujuan Masalah
Menganalisis aspek-aspek stilistika dalam puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul”


PEMBAHASAN
A.    Aspek-Aspek Stilistika dalam Kajian Stilitika
Beberapa aspek stilistika berupa bentk-bentuk dan satuan kebahasaan yang ditelaah dalam kajian stilistika karya sastra meliputi gaya bunyi (fonem) gaya kata (diksi), gaya kalimat (sintaksis), gaya wacana, bahasa figuratif, dan citraan, Al-Ma’ruf 2009:47. Puisi yang akan dibahas berjudul Tujuan Kita Satu Ibu karya Wiji Thukul dalam bukunya (Waluyo 2002: 183-183).
Tujuan Kita Satu Ibu
Karya Wiji Thukul

Ku tundukkan kepalaku
Bersama rakyatmu yang berkabung
Bagimu yang bertahan di hutan
Dan terbunuh di gunung
Di timur sana
Di hati rakyatmu
Tersebut namamu selalu
Di hatiku
Aku penyair mendirikan tugu
Meneruskan pekik salammu

Ku tundukan kepalaku
Kepadamu kawan yang dijebloskan
Ke penjara Negara
Hormatku untuk kalian
Sangat dalam
Karena kalian lolos dan lulus ujian
Ujian pertama yang mengguncang.

Ku tunduk kan kepalaku
Kepadamu ibu-ibu
Hukum yang bisu
Telah merampas hak anakmu.

Tapi bukan cuma anakmu ibu
Yang diburu dianiaya difitnah
Dan diadili di pengadilan yang tidak adil ini
Karena itu aku pun anakmu
Karena aku ditindas
Sama seperti anakmu.

Kita tidak sendirian
Kita satu jalan
Tujuan kita satu ibu:pembebasan !

Ku tundukkan kepalaku
Kepada semua kalian para korban
Sebab hanya kepadamu kepala ku tunduk.

Kepada penindas
Tak pernah ku membungkuk
Aku selalu tegak.
(Aku Ingin Jadi Peluru, 2000)

1.      Gaya bunyi (fonem)
Timbulnya irama indah tercipta dalam puisi, karena bunyi menimbulkan efek dan kesan tertentu. Bunyi dapat menekankan arti kata, makna dan kalimat. Gaya puisi itu daoat dikemukakan sebagai berikut. “Mawar yang Bergetar ditengah Laut karya secara keseluruhan didominasi oleh adanya bunyi /a/. Fungsi bunyi /a/ menimbulkan suasana gembira, bahagia dan akrab. Secara jelas bunyi /a/ pada puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul” terlihat pada bait-bait dibawah ini.
/Bersama rakyatmu yang berkabung/, /Bagimu yang bertahan di hutan/
Terdapat bunyi /u/ yang berfungsi sebdu atau sedih, karena penyair menceritakan perjuangan yang ingin bebas dari penjajah. Hal ini terbukti pada bait 1 dan 4.
/Ku tundukkan kepalaku/, /Dan terbunuh di gunung/.
2.      Gaya kata (diksi)
Diksi yang baik adalah diksi yang sesuai dengan tuntutan cerita, keadaan atau peristiwa, dan pembacanya Yusuf (dalam Al-Ma’ruf, 2009:50). Guna memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan penyair dalam puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul banyak memanfaatkan kata konotatif yang memiliki arti kiasan.  Al-Ma’ruf, (2009:152) pemanfaatan kata konotatif ataupun bahasa kias sengaja dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung.
Bahasa kias tampak dominan dalam puisi itu terutama pemanfaatan metafora, simile dan personifikasi. Pada bait 9, 10, 20,21 dimanfaatkan kias metafora. Al-Ma’ruf, (2009:62) menyatakan bahwa metafora adalah majas seperti simile, hanya saja tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Hal ini terlihat pada bait-bait 9, 10, 20,21 yaitu
Aku penyair mendirikan tugu
Meneruskan pekik salammu
Hukum yang bisu
Telah merampas hak anakmu.
Sedangkan majas simile adalah majas yang menyamakan satu hal dengan lain menggunakan kata-kata pembanding seperti : bagai, sebagai, seperti, semisal, seumpama, laksana, ibarat, bak dan kata-kata pembanding lainnya, Pradopo (dalam Al-Ma’ruf, (2009:70). Hal ini terdapat pada bait ke 27 yaitu / Sama seperti anakmu/.
 Pada bait 17 dimanfaatkan bahasa kias personifikasi dimana penyair mengungkapkan suatu benda atau alam bisa melakukan sesuatu seperti manusia. Semua ini terdapat pada bait /Ujian pertama yang mengguncang/.
3.      Gaya kalimat (sintaksis)
Bentuk yang ekspresif dan kepadatan kalimat sangat diperlukan dalam karya sastra khususnya puisi. Hal itu mengingat bahwa dalam puisi hanya inti gagasan atau penggalan batin yang dikemukakan. Hanya yang penting substansi saja yang dikemukakan dalam puisi. Oleh karena itu hubungan antarkalimat dinyatakan secara impliisit agar kalimat-kalimat dalam baris puisi benar-benar padat, plastis, efektif dan imajinatif. Gaya demikian menurut Pradopo (dalam Ali Imran, 2009:155) disebut gaya implisit.
Kepadatan gaya kalimat yang implisit terdapat dalam bait 13,14 yang bisa disisipkan kata “kawan”, “yaitu” dan “itu adalah” supaya lbih jelas maksud yang akan disampaikan penyair. Akan tetapi kalimat itu sengaja diimplisitkan penyair, supaya lebih efektif dan menarik pembaca.
Kita tidak sendirian (kawan)
Kita satu jalan (yaitu)
Tujuan kita satu ibu: (itu adalah ) pembebasan!
4.      Gaya wacana
Menggunakan gaya wacana lebih dari satu kalimat dengan memanfaatkan sarana retorika seperti repetisi dan klimaks pada puisi tersebut.
5.      Bahasa figuratif
Bahasa figurative merupakan cara pengarang dalam memanfaatkan bahasa untuk memperoleh efek estetis dengan pengungkapan gagasan secara kias yang menyaran pada makna literal (literal meaning). Bahasa figurative dalam karya sastra dapat mencakup majas, idiom dan pribahasa. (AL-Ma’ruf, 2009:60-61).
Majas diartikan sebagai penggantian kata yang satu dengan kata yang lain berdasarkan perbandingan atau analogi ciri semantik yang umum dengan umum, yang umum dengan khusus. Majas yang digunakan dalam puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul” menggunakan majas metafora dan prsonifikasi.
a)      Metafora
Al-Ma’ruf, (2009:62) menyatakan bahwa metafora adalah majas seperti simile, hanya saja tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Adapun analisis puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul” bermajas metafora dapat dilihat dalam bait dibawah ini. /Aku penyair mendirikan tugu/, /Meneruskan pekik salammu/, /Hukum yang bisu/, /Telah merampas hak anakmu/.
b)      Majas simile
Adalah majas yang menyamakan satu hal dengan lain menggunakan kata-kata pembanding seperti : bagai, sebagai, seperti, semisal, seumpama, laksana, ibarat, bak dan kata-kata pembanding lainnya, Pradopo (dalam Al-Ma’ruf, (2009:70). Hal ini terdapat pada bait ke 27 yaitu / Sama seperti anakmu/. Kata seperti menandakan majas simile. Penyair menyampaikan kritikan bahwa puisi ini mengandung ketidak adilan pemerintah.
c)      Majas personifikasi mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuaat dapat berbut, berfikir, melihat, mendengar, dan sebagainya seperti manusia. Majas personifikasi membuat hidup lukisan, daan member kejelasan gambaran, member bayangan angan secara konkret. Personifikasi dapat dilihat dalam bait dibawah ini. /Ujian pertama yang mengguncang/.
6.      Citraan
Terdapat beberapa citraan di dalam puisi “Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul”.
a)      Citraan Penglihatan
Ku tundukkan kepalaku
Bersama rakyatmu yang berkabung
Telah merampas hak anakmu.
b)      Citraan Pendengaran
Aku penyair mendirikan tugu
Hukum yang bisu
c)      Citraan Intelektual
Tapi bukan cuma anakmu ibu
Yang diburu dianiaya difitnah
Dan diadili di pengadilan yang tidak adil ini
Karena itu aku pun anakmu
Karena aku ditindas
Sama seperti anakmu.
SIMPULAN

Beberapa aspek stilistika berupa bentuk-bentuk dan satuan kebahasaan yang ditelaah dalam kajian stilistika karya sastra meliputi gaya bunyi (fonem), gaya kata (diksi), gaya kalimat, gaya wacana, bahasa figurtif, dan citraan. Dalam menganalisis sebuah puisi harus mencakup aspek-aspek itu tadi dan dalam menganaisis puisi Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukulterdapat gaya bunyi yang mana menbuat puisi ini terasa suasananya gembira, karena banyak menggunakan dominan bunyi /a/ dan /u/. Majas yang digunakan dalam puisi ini adalah majas metafora, simile dan personifikasi. Penyair menggunakan citraan penglihatan, pendengaran, intelektual dalam Puisi Tujuan Kita Satu Ibu Karya Wiji Thukul”.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2012. Stilistika Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta:CakraBooks.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
_________ 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta : Gama Media.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi.  Jakarta : Erlangga.
 _________2002. Apresiasi Puisi Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.





Komentar